TEORI PELUANG DAN UJI KHI-KUADRAT
DALAM PERCOBAAN GENETIKA
1.
Tujuan
praktikum
Percobaan ini bertujuan untuk :
a.
Menghitung peluang dan menghitung uji
khi-kuadrat
b.
Menggunakan uji khi-kuadrat dalam
analisis genetika Mendel
2.
Latar
belakang
Untuk
memudahkan dan cepat dalam memahami nisbah genetic (fenotipe, genotype)
generasi F2 percobaan Mendel dapat dihitung dengan menggunakan kaidah-kaidah
peluang.
Dalam
membuat kesimpulan tentang populasi, umunya diperoleh dari data penelitian
secara sampling (pengambilan contoh).Untuk itu diperlukan suatu uji matematis
agar dapat menganalisis data dan membuat kesimpulan dengan baik dengan pada
tingkat kepercayaan tertentu, yaitu salah satunya dengan Uji Khi-Kuadrat.
Peluang munculnya suatu kejadian
Peluang
adalah ukuran dari kemungkinan, dan didefinisikan sebagai berikut :
Peluang
(A) = Frekuensi munculnya kejadian A
Frekuensi total kejadian
Nilai
peluang berkisar dari 0 (tidak mungkin terjadi ) sampai dengan 1 (pasti terjadi
). Bila sebuah mata uang logam yang kedua mata sisinya setimbang, salah satu
sisi diberi tanda A dan sisi lainnya a, maka peluang munculnya sisi A = ½.
Peluang tersebut didapat dari banyaknya sisi A = (1) dibagi dengan banyaknya
sisi yang terdapat pada mata uang tersebut (=2). Peluang yang sama juga berlaku
untuk a (=1/2)
Peluang dua kejadian bebas
Dua mata uang yang
dilemparkan secara bersamaan akan merupakan dua kejadian yang bebas satu sama
lain. Munculnya sisi A pada mata uang pertama tidak akan mempengaruhi munculnya
salah satu sisi pada mata uang kedua. Dalam hal ini, peluang munculnya secara
serempak sisi A1 pada mata uang pertama dan sisi a2 pada mata uang yang kedua
adalah : P (A1 a2 ) = P(A1) × P (a2). Hal yang sama akan berlaku pada proses
perkawinan. Jenis alel pada gamet betina ( sel betina) tidak mempengaruhi jenis
alel gamet jantan (sperma/serbuk sari) yang akan membuahi, dan sebaliknya.
.
Uji
Khi-kuadrat
Dalam
kaji genetic kita akan dihadapkan pada pendugaaan frekuensi teoritik
berdasarkan penyebaran dan pengamatan, misalnya untuk kasus 1 (1,2,3,…,k)
diketahui frekuensi teoritik sama dengan n1, n2,..,k. Dari hasil pengamatan
untuk kasus-kasus tersebut diperoleh banyaknya individu sama dengan N1,N2,…,Nk
dan (N1 + N2+ …Nk = N). Bila data itu mengikuti frekuensi teoritik maka sebaran
harapan data sama dengan (n1 x N), (n2 x N). Untuk memutuskan dapat diterima
atau tidaknya bahwa sebaran pengamatan sama dengan sebaran harapan, dilakukan
pengujian dengan menggunakan criteria statistika X2 (khi-kuadrat)
sebagai berikut:
Keputusan diambil
berdasarkan criteria sebagai berikut:
a. Bila
X2 hitung ≤ db α, maka
diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda dengan sebaran harapan.
b. Bila
X2 hitung > X2db
α, maka sebaran pengamatan berbeda dari sebaran harapan.
Nilai X2db α dapat ditemukan pada tabel sebaran
Khi-kuadrat, dimana db (derajat
bebas) = k-1 ; dan α ditentukan berdasarkan keperluan, biasanya α = 0,05 (atau
selang kepercayaan 95%)
3.
Metode percobaan
3.1
Alat dan bahan:
o
Satu koin mata uang yang setimbang,
masing-masing sisi dibari tanda A dan a
o
Dua koin mata uang yang sisinya diberi
tanda (A1 dan a1) untuk mata uang pertama dan (A2 dan a2) untuk mata uang
kedua.
o
Spidol permanent/marker.
3.2 Prosedur
Kerja
a. Peluang
satu kejadian
Lemparkan mata uang.Setiap sisi yang muncul
dipermukaan dicatat dan dianggap sebagai alel yang dikandung oleh gamet yang
dihasilkan. Misalnya bila muncul sisi A maka dianggap bahwa gamet yang
dihasilkan mengandung alel A. Pelemparan diulang sampai 100 kali dan hitung
banyaknya pemunculan masing-masing sisi. Kemudian uji apakah penyebaran data
sesuai dengan hipotesis bahwa peluang kedua alel adalah sama, atau P (A) = P
9a)= ½.
b.
Peluang dua kejadian bebas
Lemparkan
secara serempak dua koin mata uang dan catat kombinasi sisi mata uang yang
muncul (yaitu A1A2, A1a2, a1A2, a1a2).Lakukan pencatatan untuk masing-masing
kombinasi dari 100 kali pelemparan, kemudian uji apakah kemunculan sisi dari
setiap mata uang bebas satu sama lain atau tidak.
4.
Hasil pengamatan
Tabel
hasil pengamatan gamet dari individu heterozigot Aa (monohybrid)
No
|
Gamet/alel (sisi
koin)
|
Hasil percobaan
|
Jumlah
|
1
|
A
|
IIIII IIIII IIIII
IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII I
|
51
|
2
|
a
|
IIIII IIIII IIIII
IIIII IIIII IIIIIIIIII IIIII IIIII IIII
|
49
|
Total
|
100
|
Table
UJi X2
No
|
Kelas/gamet
|
Pengamatan(O)
|
Hipotesis
|
Harapan
(E)
|
Khi-Kuadrat
(O-E)2/E
|
1
|
A
|
51
|
½
|
½
x 100 = 50
|
(51-50)2/50 = 0,02
|
2
|
a
|
49
|
½
|
½
x 100 = 50
|
(49-50)2/50 = 0,02
|
Total
|
x2
= 0,04
|
Keterangan:
O
= Observasi / Pengamatan
E
= Harapan
X2
hitung = (O-E)2/ E
db
= derajat bebas (kelas -1)
taraf
= 0,05
X2
hitung = 0,02 db = derajat
bebas
0,02
+ = kelas - 1
0,04 = 2 – 1
X2
tabel = 3,84 = 1
Kesimpulan
: Jadi, x2 hitung < x2 tabel, maka data tersebut,
sesuai dengan nisbah mendel / hipotesis diterima ( 0,04< 3,84 ).
Tabel
Penggabungan gamet hasil perkawinan (A1a1 × A2a2)
No
|
Genotype/pasangan
alel/
pasangan sisi koin
|
Hasil
percobaan
|
jumlah
|
1
|
A1A2
|
IIIII
IIIII IIIII IIIII II
|
22
|
2
|
A1a2
|
IIIII
IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII
|
30
|
3
|
a1A2
|
IIIII
IIIII IIIII IIIII IIIII III
|
28
|
4
|
a1a2
|
IIIII
IIIII IIIII IIIII
|
20
|
Total
|
100
|
Tabel
Uji X2
NO
|
Gamet
|
Pengamatan
|
Hipotesis
|
Harapan
|
Khi-
Kuadrat
|
1
|
A1A2
|
22
|
¼
|
¼
x 100 = 25
|
0,36
|
2
|
A1a2
|
30
|
¼
|
¼
x 100 = 25
|
1
|
3
|
a1A2
|
28
|
¼
|
¼
x 100 = 25
|
0,36
|
4
|
a1a2
|
20
|
¼
|
¼
x 100 = 25
|
1
|
Total
|
2,72
|
Keterangan :
O
= Observasi / Pengamatan
E
= Harapan
X2
hitung = (P-H)2/ H
db
= derajat bebas (kelas -1)
taraf
= 0,05
X2
= (22-25)2/25 = (-3)2/25 = 0,36
X2
= (30-25)2/25
= (5)2 /25=1
X2 = (28-25)2/25 =
(3)2/25 = 0,36
X2=
(20-25)2/25
= (-5)2/
25 = 1
X2 hitung = 0,36 + 1 + 0,36 + 1 = 2,72
db= derajat bebas
=
kelas – 1
= 4-1
=
3
X2 tabel = 7.81
Kesimpulan:
Jadi, x2 hitung < x2 tabel, maka data tersebut, sesuai
dengan nisbah mendel / hipotesis diterima ( 2,72< 7,81 ).
5.
Pertanyaan dan tugas
1. Berapa peluang untuk
masing-masing sisi sebuah dadu (berisi enam) ?
Jawab
:Peluang = 1/6
Jadi,
berdasarkan teori peluang, sebuah sisi dadu memiliki kemungkinan munculsatu kali
dari enam pelemparan (1/6)
2.
Bila tiga buah dadu dilempar secara beersama-sama, berapa peluang munculnya
mata dadu secara bersamaan pada ketiga buah dadu tersebut?
Jawab : P (ABC)= P(A) . P(B) .
P(C)
= 1/6 . 1/6 . 1/6
= 1/216
Jadi,
berdasarkan teori peluang, munculnya mata dadu dua secara bersamaan pada
pelemparan tiga dadu secara bersamaan adalah satu kali dari 216 kali pelemparan
(1/216).
Pembahasan ( peluang dank hi –
kuadrat )
Dari
hasil pengamatan telah didapat data pada pelemparansatu uang logam sebanyak 100
kali pelemparan din peroleh data yang signitif karena di dapat x2 hitung <
x2 tabel sehingga lemparan sesuai perbandingan 1:1.
Pelemparan
dua uang logam sebanyak 100 kali pelemparan dapat di terima karena hasil perhitungan x2 hitung < x2 tabel
jadi data sesuai dengan nisbah mendel atau signitifkan karena semua lemparan
yang dilakukan sesuai dengan perbandingan.
Sifat
kejadian pada uang logam adalah lemparan,peristiwanya ialah mata uang itu akan
muncul gambar atau setelah dilentingkan. Jumlah peristiwa disini adalah dua
(gambar dan angka). Nilai kemungkinan dari gambar atau angka untuk sekali
lempar adalah 0,5. Namun tidak demikian kemungkinannya apabila uang logam
dilemparkan sampai berkali-kali,meskipun kesempatan keduanya sama yaitu 1:1,
hasil pelemparan tidak mutlak berporsi 50%. Pada pelemparan sebuah uang logam
sebanyak 100 kali, perolehan angka ataupun gambar tidak pasti berjulah 50,
tetapi bisa kurang atau lebih dari 50 (mendekati 50).
Dari
keseluruhan percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa adanya
keberhasilan dalam pengujian teori kemungkinan ini dengan menggunakan
pelemparan mata uang, yang telah dilakukan pelemparan kemudian di uji
denganmenggunakan rumus Chi Square atau uji x2 memiliki peran atau fungsi untuk
mengetes apakah rasio fenotipe praktis dapat dipertanggung jawabkan dan sesuai
dengan rasio fenotipe teoritis. Selain itu, pelemparan homogen berfungsi memberikan
peluang yang sama terhadap masing-masing sisi baik angka maupun gambar dalam
masing-masing karakteristikyang diamati.
Kemudian,
berdasarkan praktikum yang telah dilakukan untuk menghitung peluang suatu
kejadian dapat ditentukan dengan menggunakan definisi atau rumus:
Peluang (A) = Frekuensi munculnya kejadian A
Frekuensi total kejadian
Sedangkan
untuk menghitung denga Uji Khi-kuadrat dapat berpedoman pada criteria :
·
X2 hitung ≤ X2db α, maka hipotesis diterima.
·
X2 hitung > X2 db α, maka sebaran berbeda dengan
sebaran harapan.
Dimana
X2db α dapat ditentukan
pada table sebaran Khi-kuadrat, dimana db
(derajat bebas) = kelas -1 ; dan α ditentukan berdasarkan keperluan,
biasanya α = 0.05.
Peluang
dua kejadian terjadi secara bebas atau tidak saling mempengaruhi, seperti pada
praktikum yang telah dilakukan peluang munculnya sisi A pada mata uang pertama
tidak akan mempengaruhi munculnya salah satu sisi pada mata uang kedua. Hal
yang sama akan berlaku pada proses perkawinan.
MATERI II
HUKUM MENDEL
1. Tujuan
praktikum
Praktikum
ini bertujuan untuk menjelaskan prinsip dan proses segregasi serta menjelaskan
prinsip dan proses perpaduan bebas.
2. Latar
belakang
Sebelum
abad ke-20, pewarisan sifat dipahami sebagai teori “blending inheritance” atau pewarisan campuran.Dimana sifat yang
muncul pada keturunannya adalah campuran dari sifat kedua tetuanya. Misalnya,
bunga berwarna ungu disilangkan dengan bunga berwarna putih akan menghasilkan
bunga berwarna campuran (ungu putih). Namun teori ini gagal setelah George
mendel melakukan percobaan pada tanaman kacang ercis yang kemudian menerapkan
prinsip-prinsip genetika yang kita kenal sekarang.
Dari
percobaannya, Mendel mengamati dan memilih tujuh sifat-sifat yang memiliki
ciri-ciri yang mudah dibedakan, yaitu warna bunga ungu dengan putih, letak
bunga yang terminal dan axial, batang pendek dengan batang panjang, warna biji
hiaju dengan kuning, bentuk biji yang licin dan kriput, dan sifat polong yang
pecah dengan yang tetap melekat pada batang setelah matang.
Dari
hasil persilangan ketujuh sifat yang diamati diperoleh keturunan yang sifatnya
sama dengan salah satu tetuanaya. Seperti persilangan bunga ercis ungu dengan
putih menghasilkan bunga berwarna ungu saja, walaupun dilakukan persilangan
secara resiprok. Mendel menyimpulkan ada suatu factor pewarisan yang kita kenal
sekarng dengan gen yang diwariakan dari generasi ke generasi. Sifat tetua yang
muncul di sebut dominan, sedangkan sifat yang tersembunyi disebut dominan.
Setiap
individu tanaman memiliki dua factor (sepasang) untuk masing-masing sifat yang
dikenal dengan sepasang alel. Satu berasal dari jantan dan yang lain berasal
dari tetua betina. Dalam penggabungan atau pembuahan setiap factor tetap utuh
dan mempertahankan identitasnya. Pada pembentukan gamet setiap factor
bersegregasi atau berpisah kembali dalam jumlah yang sama, sehingga setiap
gamet akan membawa satu anggota dari setiap faktor. Hal ini kemudian dikenal
dengan Hukum Mendel I (equal segregation)
yaitu setiap alel terdiri dari sepasang alel akan memisah sewaktu
pembentukan gamet dalam jumlah yang seimbang/sama.
Mendel
juga melakukan persilangan antar individu-individu zuriat generasi pertama (F1)
yang seragam (sifat dominan) dan diperoleh zuriat F2.Generasi F2 ini tidak lagi
seragam, ada yang memiliki sifat tetua dominan dan ada yang memiliki sifat
tetua yang resesif. Perbandingan fenotipe F2 pada monohybrid untuk sifat
dominan : resesife = 3:1 terjadinya karena ada proses penggabungan proses
secara acak gamet-gamet betina dan jantan pada tanaman F1 pada saat pembuahan.
Percobaan
berikutnya menggunakan dua sifat beda (dihibrid) seperti biji warna kuning
dengan bentuk biji bulat. Persilangan tetua berbiji kuning –bulat dengan tetua
biji hijau-keriput pada generasi pertama akan menghasilkan kedua sifat tersebut
yaitu biji kuning dan bulat. Tetapi pada generasi F2 akan menghasilkan nisbah
fenotipe 9 kuning-bulat, 3 kuning –keriput, 3 hijau-bulat, dan satu
hijau-keriput. Ternyata muncul juga sifat-sifat baru yang merupakan gabungan
sifat dari tetua yang satu dengan tetua yang lain. Kenyataan inilah yang
mendasari Hukum Mendel II (independent
assortment) bahwa alel-alel dari pasangan gen berbeda akan memisah dan
mengelompok secara bebas sewaktu pembentukan gamet.
3. Metode
Percobaan
3.1.Alat dan bahan:
o
Kancing merah dan kancing putih atau
kancing sembarangan dan kancing temple (studi) masing- masing sebanyak 100
buah.
o
Kancing belang merah-kuning,
merah-hitam, putih kuning, dan putih hitam masing-masing sebanyak 100 buah.
o
Kotak karton sebanyak 2 buah (gamet
jantan dan betina)
3.2.Prosedur
Kerja
3.2.1. Hukum Mendel
1.
Tandai kancing merah dengan lambang M untuk gen penentu warna merah dan kancing
putih dengan lambang m untuk penentu gen warna putih.
2.
Pisahkan 50 kancing ke kotak jantan dan sisanya ke kotak betina demikian juga
dengan kancing putih.
3.
Aduk kancing di dalam kotak agar tercampur.
4.Ambil
satu buah kancing dari kotak jantan dan betina
secara bersamaan dan catat kombinasi alel yang yang diperoleh sampai 50
pengambilan.
5.
ulangi pengambilan sebanyak 1X dengan prosedur yang sama.
6.
Tentukan perbandingan genotype dan fenotip kombinasi yang di peroleh.
7.
bandingkan data pengamatan kelompok dengan data yang seharusnya menurut Mendel
menggunakan uji X2 tarik kesimpulan.
3.2.2. Hukum Mendel II
Masing-masing kancing berwarna
belang (merah-kuning, merah-hitam, putih-kuning dan putih-hitam) merupakan
hasil segresi dua sifat beda (dihibrid) misalnya bentuk biji yang ditentukan
oleh A dan a, dan warna kulit biji yang ditentukan oleh alel B dan b.
1. Beri
lambang A untuk warna merah dan a untuk warna putih.
2. Beri
lambing huruf B untuk warna kuning dan b untuk warna hitam
3. Sediakan
kancing berwarna belang, masing-masing sebanyak seratus buah, masukkan 50 buah
kedalam kotak jantan dan 50 sisanya kekotak betina.
4. Ambil
satu buah kancing dari kotak jantan dan betina secara bersamaan dan catat
kombinasi alel yang diperoleh sampai 50 pengambilan.
5. Ulangi
pengambilan sebanyak satu kali dengan prosedur yang sama
6. Bandingkan
data pengamatan kelompok dengan data yang seharusnya menurut Mendel menggunakan
ujiX2. tarikkesimpulan.
1.
Hasil
pengamatan
Table 2.1. Segregasi alel pada waktu pembentukan gamet
Kombinasi alel
|
Pengamatan
|
Jumlah
|
MM
|
IIIII
IIIII II
|
12
|
Mm
|
IIIII IIIII IIIII
IIIII IIIII I
|
26
|
Mm
|
IIIII IIIII II
|
12
|
Total
|
50
|
Table 2.2. Perbandingan genotif menurut
uji X²
Genotype
|
Pengamatan (P)
|
Harapan(H)
|
(P-H)²/H
|
MM
|
12
|
1/4 ×50=12,5
|
0,02
|
Mm
|
26
|
1/2
× 50=25
|
0,04
|
mm
|
12
|
1/4
× 50=12,5
|
0,02
|
Keterangan :
X2hitung
= (P-H)²/H
X2= (12-12.5)2/12.5
= (-0,5)2/12,5
=0,02
X2= (26-25)2/25
= (1)2/25
= 0.04
X2= (12-12.5)2/12.5
= (-0,5)2/25
= 0.02
X2
hitung = 0.02 + 0,04 + 0,02 = 0,08
Db
= kelas – 1
= 3 -1 = 2
X2
tabel = 5.99
Kesimpulan
:Jadi, x2 hitung < x2 tabel, maka data tersebut,
sesuai dengan nisbah mendel / hipotesis diterima ( 0,08 < 5,99 ).
Table 2.3. Perbandingan
fenotipe menurut uji X²
Fenotipe
|
Pengamatan (P)
|
Harapan (H)
|
(P-H)²/H
|
Merah
|
38
|
¾
x 50 = 37,5
|
0,007
|
Putih
|
12
|
¼
x 50 =
12,5
|
0,02
|
Total
|
0,027
|
Keterangan :
X2hitung=
(P-H)²/H
X2=
(38-37.5)2/37.5
= (0,5)2/ 37,5 = 0.007
X2=
(12-12.5)2/12.5
= (-0,5)2/ 12,5 = 0.02
X2
hitung = 0.007 + 0,02 = 0,027
Db
= kelas – 1
= 2 -1 = 1
X2
tabel = 3.84
Kesimpulan
:Jadi, x2 hitung < x2 tabel, maka data tersebut,
sesuai dengan nisbah mendel / hipotesis diterima ( 0,027<3,84 ).
Table 2.4.segregasi dan
pengelompokan alel dari pasangan gen yang berbeda pada waktu pembentukan gamet
kombinasi alel
|
Pengamatan
|
jumlah
|
AABB
|
IIII
|
4
|
AABb
|
IIIII III
|
8
|
AAbb
|
II
|
2
|
AaBB
|
IIII
|
4
|
AaBb
|
IIIII IIIII
II
|
12
|
Aabb
|
IIIII
I
|
6
|
aaBB
|
III
|
3
|
aaBb
|
IIIII III
|
8
|
Aabb
|
III
|
3
|
Tabel 2.5. Perbandingan
fenotipe pada F2 menurut uji X²
Kombinasi alel
|
Pengamatan(P)
|
Harapan(H)
|
(P-H)²/H
|
A_B_
|
28
|
9/16 × 50 = 28.125
|
0,00056
|
A_bb
|
8
|
3/16 × 50 = 9,375
|
0,2
|
aaB_
|
11
|
3/16 × 50 = 9,375
|
0,282
|
Aabb
|
3
|
1/16 × 50 = 3,125
|
0,005
|
Keterangan :
X2hitung=
(P-H)²/H
X2= (28-28,125)2/28,125 = (-0,125)2/ 28,125 = 0,00056
X2= (8-9,375)2/9,375 = (-1,4)2/ 9,375 = 0,2
X2= (11-9,375)2/9,375 = (1,6)2/ 9,375 = 0,282
X2= (3-3,125)2/3,125 = (-0,125)2/ 3,125 = 0,005
X2
hitung = 0.00056 + 0,2 + 0,282 + 0,005 = 0,49
Db
= kelas – 1
= 4 -1
=
3
X2
tabel = 7.81
Kesimpulan
:Jadi, x2 hitung < x2 tabel, maka data tersebut,
sesuai dengan nisbah mendel / hipotesis diterima ( 0,49< 7,81 ).
5. Pertanyaan/tugas
1. Apa
yang terjadi jika tanaman ercis yang digunakan mendel bukan hasil penyerbukan
sendiri selama beberapa generasi ?
2. Jelaskan
hukum mendel I dan hukum mendel II ?
3. Jelaskan
kaitan hukum mendel II dengan proses meosis ?
4. Pada
percobaan monohybrid, mendel mendapatkan hasil sebagaimana pada table 2.6.
lakukan uji khi-kuadrat, apakah masing-masing sifat yang diperoleh mendel
diatasi sesuai dengan nisbah cirri dominan : ciri resesif =3:1 (3/4 ciri
dominan : ¼ ciri resesif)?
Jawaban
:
1.
Jika tanaman ercis yang digunakan mendel
tidak dari penyerbukan sendiri maka
tanaman ercis tidak akan
menghasilkan galur murni atau tidak akan menghasilkan keturunan yang bagus yang
akan diwariskan pada keturunannya yangselalu sama dan tanamn ercis akan menghasilkan keriput
dan kisut.
2. Setiap
individu tanaman memiliki sepasang masing-masing sifat yang dikenal dengan
istilah sepasang alel. Yang berasal dari tetua jantan dan tetua betina. Dalam
pembuahan setiap sifat tetap utuh dan mempertahankan identitasnya, pada saat
pembentukan gamet setiap alel dapat bersegregasi kembali dalam jumlah yang sama
sehingga menyebabkan setiap gamet akan membawa satu anggota dari sepasang alel.
Peristiwa ini dikenal dengan : Hukum mendel I yaitu setiap alel terdiri dari
sepasang alel yang akan memisah sewaktu pembentukan gamet dalam jumlah yang
seimbang/sama.
Pada Hukum mendel II
bahwa alel-alel dari pasangan gen berbeda akan memisah dan mengelompok secara
bebas sewaktu pembentukan gamet. Penjelasannya pada persilangan tetua dengan
menggunakan dua sifat beda (dihibrid) seperti biji warna kuning dengan bentuk
biji bulat. Pada generasi pertama akan menghasilkan kedua sifat tersebut yaitu
biji kuning dan bulat, tetapi generasi keduanya akan menghasilkan kuning-bulat,
kuning-keriput, hijau-bulat, dan hijau-keriput. Ternyata selain muncul
sifat-sifat tetua muncul juga sifat-sifat yang baru yang merupakan gabungan
sifat dari tetua yang satu dengan tetua yang lain.
3. Dasar
hukum pilih acak akan mudah dimengerti jika kita menempatkan geg-gen pada 2
pasang kromosom dalam sel yang sedang menjalani meiosis. Paham penting sebagai
dasar pilih acak adalah pada fase profase akhir dan metaphase I. pada fase ini
terjadi peristiwa pindah silang. Dari kromosom homolog akan menjadi dihibrid
atau dihibrid akan membentuk konfigurasi yang baru.
4. Table
2.6. fenotipe percobaan mendel dari berbagai sifat monohybrid.
No
|
Sifat
|
Ciri
dominan
|
Cirri
resesif
|
Nisbah
sebenarnya dominan: resesif
|
1
2
3
4
5
6
7
|
Bentuk
biji
Warna
biji
Tinggi
tanaman
Warna
petal
Letak
bunga
Warna
polong
Bentuk
polong
|
Bulat
= 5474
Kuning
= 6022
Tinggi
= 787
Ungu
= 705
Aksial
= 651
Hijau
= 428
Penuh
= 882
|
Keriput
=1850
Hijau
= 2001
Pendek
= 277
Putih
224
Terminal
= 207
Kuning
= 152
Kisut
= 299
|
2.96
: 1
3.01 : 1
2.84 : 1
3.15 : 1
3.14 : 1
2.82 : 1
2.95 1
|
1. BENTUK
BIJI
Gamet
|
O
|
E
|
(o-e)2
|
(o-e)2/e
|
Bulat
|
5474
|
¾ x7324=5493
|
361
|
0,065
|
Keriput
|
1850
|
¼ x7324=1831
|
361
|
0,20
|
Total
|
X2 = 0,265
|
Keterangan :
X2(bulat)
= (O-E)2/E
= (5474 – 5493)2/ 5493 = (-19)2/
5493 = 0,065
X2(keriput) = (1850 – 1831)2/1831
= (19)2/ 1831 = 0,20
X2hit = 0,065 + 0,20 = 0,265
Db = kelas – 1
=
2-1= 1
X2 tabel =
3.84
Kesimpulan : X2 hitung ≤ X2 tabel, maka nisbah hukum mendel
diterima.
2. WARNA
BIJI
Gamet
|
O
|
E
|
(o-e)2
|
(o-e)2/e
|
Kuning
|
6022
|
¾ x 8023 = 6017,25
|
22,5625
|
0,00375
|
Hijau
|
2001
|
¼ x 8023 = 2005,75
|
22,5625
|
0,011
|
Total
|
X2=0,0147
|
Keterangan :
X2(kuning) = (O-E)2/E
= (6022 – 6017,25)/ 6017,25 = (4,75)2/6017,25
= 0,00375
X2(hijau) = (O-E)2/E
= (2001 – 2005,75)/ 2005,75 =
(-4,75)2/ 2005,75 = 0,011
X2 hitung = 0,00375 + 0,0112 = 0,0147
Db =
kelas – 1
= 2-1= 1
X2
tabel = 3.84
Kesimpulan
:X2 hitung ≤ X2 tabel, maka nisbah hukum mendel diterima.
3. TINGGI
TANAMAN
Gamet
|
O
|
E
|
(o-e)2
|
(o-e)2/e
|
Tinggi
|
787
|
¾ x 1064 = 798
|
121
|
0,15
|
Pendek
|
277
|
¼ x 1064 = 266
|
121
|
0,45
|
Total
|
X2=0,6
|
Keterangan :
X2(tinggi) = (O-E)2/E
=
(787 – 798)2/ 798 = (-11)2/ 798 = 0,15
X2(pendek) = (O-E)2/E
=
(277 – 266)2/ 266 = (11)2/ 266 = 0,45
X2hitung = 0,15 + 0,45 = 0,6
Db =
kelas – 1
=
2-1= 1
X2
tabel = 3.84
Kesimpulan
:X2 hitung ≤ X2 tabel, maka nisbah hukum mendel diterima.
4.
WARNA
PETAL
Gamet
|
O
|
E
|
(o-e)2
|
(o-e)2/e
|
Ungu
|
705
|
¾ x 929 = 696,75
|
68,0625
|
0,09
|
Putih
|
224
|
¼ x 929 = 232,25
|
68,0625
|
0,29
|
Total
|
X2=0,38
|
Keterangan :
X2(ungu) = (O-E)2/E
=
(705 – 696,75)2/ 696,75 = (8,25)2/ 696,75 = 0,09
X2(putih) =
(O-E)2/E
=
(224 – 232,25)2/ 232,25 = (-8,25)2/ 232,25 = 0,29
X2hitung =
0,09 + 0,29 = 0,38
Db =
kelas – 1
=
2-1= 1
X2 tabel = 3.84
Kesimpulan : X2 hitung ≤ X2
tabel, maka nisbah hukum
mendel diterima.
5.
LETAK BUNGA
Gamet
|
O
|
E
|
(o-e)2
|
(o-e)2/e
|
Aksial
|
651
|
¾ x 858 = 643,5
|
56,25
|
0,09
|
Terminal
|
207
|
¼ x 858 = 214,5
|
56,25
|
0,26
|
Total
|
X2=0,35
|
Keterangan :
X2(aksial) = (O-E)2/E
=
(651 – 643,5)2/ 643,5 = (7,5)2/ 643,5 = 0,09
X2(terminal) = (O-E)2/E
=
(207 – 214,5)2/ 214,5 = (-7,5)2/ 214,5 = 0,26
X2hitung =
0,08 + 0.26 = 0,35
Db =
kelas – 1
=
2-1= 1
X2 tabel = 3.84
Kesimpulan : X2 hitung ≤ X2
tabel, maka nisbah hukum
mendel diterima.
6.
WARNA POLONG
Gamet
|
O
|
E
|
(o-e)2
|
(o-e)2/e
|
Hijau
|
428
|
¾ x 580 = 435
|
49
|
0,11
|
Kuning
|
152
|
¼ x 580 = 145
|
49
|
0,34
|
Total
|
X2=0,45
|
Keterangan :
X2(hijau) = (O-E)2/E
=
(428 – 435)2/ 435 = (-7)2/ 435 = 0,11
X2(terminal) = (O-E)2/E
=
(152 – 145)2/ 145 = (7)2/ 145 = 0,34
X2hitung =
0,11 + 0,33 = 0,45
Db =
kelas – 1
=
2-1= 1
X2 tabel = 3.84
Kesimpulan : X2 hitung ≤ X2
tabel, maka nisbah hukum
mendel diterima.
7.
BENTUK POLONG
Gamet
|
O
|
E
|
(o-e)2
|
(o-e)2/e
|
Penuh
|
882
|
¾ x 1181 = 885,75
|
14,06
|
0,01
|
Kisut
|
299
|
¼ x 1181 = 295,25
|
14,06
|
0,05
|
Total
|
X2=0,06
|
Keterangan :
X2(aksial) = (O-E)2/E
=
(882 – 885,75)2/ 885,75 = (-3,75)2/ 885,75 = 0,01
X2(terminal) = (O-E)2/E
=
(299 – 295,25)2/ 295,25 = (3,75)2/ 295,25 = 0,05
X2hitung =
0,01 + 0,04 = 0,06
Db =
kelas – 1
=
2-1= 1
X2 tabel = 3.84
Kesimpulan : X2 hitung ≤ X2
tabel, maka nisbah hukum
mendel diterima.
Kesimpulan
:
Setiap
tanaman masing-masing memiliki sepasang sifat yang dikenal dengan istilah
sepasang alel.Yang berasal dari tetua jantan dan tetua betina. Dalam pembuahan
setiap sifat tetap utuh dan mempertahankan identitasnya, pada saat pembentukan
gamet setiap alel dapat bersegregasi kembali dalam jumlah yang sama sehingga
menyebabkan setiap gamet akan membawa satu anggota dari sepasang alel.
Peristiwa ini dikenal dengan : Hukum mendel I yaitu setiap alel terdiri dari
sepasang alel yang akan memisah sewaktu pembentukan gamet dalam jumlah yang
seimbang/sama.
Pada
Hukum mendel II bahwa alel-alel dari pasangan gen berbeda akan memisah dan
mengelompok secara bebas sewaktu pembentukan gamet. Penjelasannya pada
persilangan tetua dengan menggunakan dua sifat beda (dihibrid) seperti biji
warna kuning dengan bentuk biji bulat. Pada generasi pertama akan menghasilkan
kedua sifat tersebut yaitu biji kuning dan bulat, tetapi generasi keduanya akan
menghasilkan kuning-bulat, kuning-keriput, hijau-bulat, dan hijau-keriput.
Ternyata selain muncul sifat-sifat tetua muncul juga sifat-sifat yang baru yang
merupakan gabungan sifat dari tetua yang satu dengan tetua yang lain.
MATERI III
ANALOGI PEMBELAHAN MITOSIS DAN
MEIOSIS
1.
Tujuan
Praktikum
o
Memahami proses pembelahan sel
o
Mengenal proses gametogenesis dan
fertilisasi
2.
Latar
Belakang
Proses pembelahan sel
secara meiosis terjadi pada sel kelamin. Proses meiosis meliputi dua pembelahan dan menghasilkan
empat sel haploid dari satu sel kecambah.
1. Mitosis
· Profase
: fase ini ditandai dengan memendek dan menebalnya kromosom. Sentriol membelah
dan bergerak menuju kutub yang berlawanan. Sementara sentriol bergerak, dinding
inti menghilang. Saat aentriol mendekati
kutub yang berlawanan, benang spindle terbentuk dan terlihat seperti
penghubung kedua sentriol. Pada saat ini posisi sebaran kromosom masih acak.
· Metaphase
: fase ini ditandai dengan pengaturan kromosom pada bidang ekuator.
· Anaphase
: sentromer membelah sehingga kromatid terpisah. Sentromer kemudian bergerak
menuju kutub masing-masing.
· Telofase
: setelah kromosom bermigrasi, membrane sel berkerut pada bagian tertentu yang
mengakibatkan sel menjadi dua. Setelah itu, membrane inti terbentuk kembali.
Kromosom berubah menjadi ramping dan panjang. Kedua sel ini akan kembali ke
fase interfase.
Interfase bukan
termasuk fase pembelahan, karena pada masa interfase ini sel mengalami masa
istirahat sel untuk pembelahan selanjutnya.
2. Meiosis
Meiosis 1 : pada tahap
ini pembelahan sel menyerupai mitosis. Selama profase, kromosom memendek dan
menebal, sentriol terbelah, membrane inti menghilang dan spindle terbentuk.Oleh
karena ada dua tahap pembelahan sel pada meiosis maka disebut profase 1.
Pada fase ini ada suatu
proses yang tidak ditemukan pada mitosis, yaitu sinapsis. Pada fase ini setiap
pasang kromosom yang homolog saling tertarik satu dengan yang lainnya dan
mengatur posisi saling bersebelahan yang membentuk susunan tetrad.Pada tahap
selanjutnya tetrad berada pada bidang ekuator, tahap ini disebut Metafase 1.pada tahap Anaphase 1, tetrad terpisah. Kromosom
homolog yang terpisah bergerak kearah sentriol pada kutub sel. Pada tahap ini
setiap kromosom yang homolog masing-masing mengandung dua kromatid.Pada tahap telofase 1, membrane inti terbentuk
kembali.Membrane sel berkerut dan terbentuk dua sel anak yang baru.
Meiosis 2 : pada tahap
profase 2, sentriol membelah menjadi dua dan bermigrasi ke kutub yang
berlawanan. Membrane inti menghilang, kromosom memendek dan menebal, serta
benang spindle terbentuk.Namun duplikasi kromosom dan sinapsis tidak terjadi
lagi.Pada tahap metaphase 2, kromosom berada pada bidang ekuator.Pada tahap
anaphase 2, sentromer membelah menjadi 2 dan bergerak ke kutub yang berlawanan.
Kromosom yang masing-masing memiliki 2 kromatid terpisah dan menjadi dua set
kromosom yang beruntai tunggal. Tahap telofase 2 akan mengakhiri pembelahan
sel. Tahap pembelahan kedua meiosis ini akan menghasilkan 4 sel anak haploid.
3.
Metode
Percobaan
3.1.Alat
dan Bahan
o
Potongan kertas berukuran 0.5 x 1 cm
sebanyak 50 buah, masing-masing untuk warna merah, kuning, hijau dan biru.
o
Gunting
o
Lem kertas
o
Kertas putih A4
3.2.Proses
Kerja
a. Gunakan
kertas warna hijau dan kuning untuk menggambarkan proses mitosis dan kertas
warna merah dan biru untuk meiosis.
b. Tempelkan
potongan kertas tersebut pada kertas gambar sesuai dengan proses pembelahan
mitosis dan meiosis.
Keterangan gambar:
Mitosis :
Prophase: Benang-benang
kromatin makin menjadi pendek sehingga menjadi tebal.Terbentuklah
kromosom-kromosom. Tiap kromosom lalu membelah dan memanjang dan anakkan
kromosom ini dinamakan kromatid. Membran inti mulai menghilang. Sentriol
(bentuk seperti bintang dalam sitoplasma) juga membelah.
Metaphase: Kromosom-kromosom
menempatkan diri di bidang ecuatorial (tengah) dari sel.
Anaphase: Kedua
buah kromatid memisahkan diri dan ditarik benang gelendong yang dibentuk ditiap
kutub sel yang berlawanan. Tiap kromatid
itu mamiliki sifat keturunan yang sama. Mulai saat ini kromatid-kromatid
berlaku sebagai kromosom baru.
Telophase: Di
setiap kutub sel terbentuk sel kromosom yang serupa. Benang-benang gelendong
lenyap dan membran inti terbentuk lagi. Kemudian plasma sel terbagi menjadi dua
bagian. Proses ini dinamakan sitokinesis. Pada sel hewan sitokinesis ditandai
dengan melekuknya sel kedalam, sedang pada tumbuhan karena selnya berdinding,
maka sitokinesis ditandai dengan terbentuknya dinding pemisah ditengah-tengah
sel.
Miosis
:
Meiosis I
yang dibedakan atas beberapa fase :
Profase I : dibagi menjadi 5 tahap: leptoten, zigoten,
pakiten, diploten, dan diakinesis
Metafase I:
bivalen-bivalen menempatkan diri dibidang tengah dari sel secara acak (random).
Anafase I:
Kini kromosom-kromosom homolog (masing-masing terdiri dari 2 kromatid) saling
memisahkan diri dan ditarik oleh benang-benang gelendong kekutub sel yang berlawanan. Berarti jumlah
kromosom telah diparuh, dari keadaan diploid (2n) menjadi haploid (n)
Telofase I
: Sekarang berlanjut sitokinesis sehingga sel induk yang mula-mula diploid
telah menjadi dua sel anakan masing-masing haploid.
Meiosis II
yang dibedakan atas beberapa fase :
Profase II : benang-benang gelendong terbentuk lagi
Metafase II : Kromosom-kromosom menempatkan diri ditengah sel
Anafase II :Tiap
kromosom membelah, kromatid-kromatid memisahkan diri dan ditarik kekutubkearah
yang berlawanan dan merupakan kromosom.
Telofase II : Berlangsunglah sitokinesis lagi, diikuti
dengan pembentukan membran inti.
4.
Kesimpulan
Pembelahan
mitosis pada hewan bersel satu bertujuan adalah untuk memperbanyak
diri(reproduksi). Pada hewan bersel banyak untuk memperbanyak sel dan
pertumbuhan.Terjadi pada
seluruh jaringan tubuh, baik jaringan somatik (vegetatif) maupun jaringan
germinatif (generatif). Tahap pembelahan yang terjadi yaitu: profase, metafase, anafase, dan telofase.
Profase
Kromatin berubah menjadi kromosom. Sementara itu
kromosom mengganda menjadi dua, disebut juga kromatid. Tiap kromatid masih
melekat, berarti sentromer induk masih satu. Nukleolus hilang, karyotheca
hilang, sentriol diselaputi serat-serat radial pendek, berpisah dan pergi
kekutub bersebrangan, jadi bintang kutub, serat glendong terbentuk diantara
kedua bintang kutub.
Metafase
Tiap pasang kromosom yang terdiri dari sepasang
kromatid yang masih melekat pergi ke bidang ekuator(tengah sel), menggantung
pada serat glendong lewat sentromernya.
Anafase
Sentromer membelah, kromatid dalam 1 kromosom induk
berpisah menjadi kromosom anak, lalu pergi kekutub bersebrangan.
Telopase
Kromosom berubah menjadi kromatin. Serat glendong
hilang, terbentuk karyotheca. Nukleolus muncul, bintang kutub jadi sentriol,
mengganda menjadi 2 diselaputi sentrosom. Gentingan pada bidang ekuator sampai
ketengah putus. Terbentuk 2 sel anakan masing-masing mengandung kromosom tetap
2N.
Pada
pembelahan meiosis terjadi pada hewan bersel banyak, untuk membentuk sel
kelamin(gamet). Meiosis berfungsi mengurangi jumlah kromosom agar keturunannya
memiliki jumlah kromosom yang sama. Pada
tumbuhan terjadi di benangsari dan putik dan pada hewan terjadi pada alat kelamin. Terjadi
lewat dua rangkaian tahap yaitu meiosis I yaitu Profase 1, metaphase 1,
anaphase 1, telofase 1 dan meiosis II yaitu profase 2, metaphase 2, anaphase 2,
telofase 2. Pembelahan meiosis
menghasilkan empat sel anakan yang memiliki setengah jumlah kromosom sel
induknya (haploid).
Meiosis
I
Profase
:
1. Leptoten
: kromosom masih berbentuk benang halus panjang,
2. Zygoten
: kromosom homolog bergandeng.
3. Pakiten
: tiap kromosom menebal dan mengganda jadi 2 kromatid dan seentromer masih
satu.
4. Diploten
: kromosom membesar dan memendek, pergandengan yang homolog jadi rapat.
5. Diakinesis
: kromosom lebih membesar dan memendek, pergandengan merenggang.
Metafase I: bivalen-bivalen menempatkan diri dibidang
tengah dari sel secara acak (random).
Anafase I:
Kini kromosom-kromosom homolog (masing-masing terdiri dari 2 kromatid) saling
memisahkan diri dan ditarik oleh benang-benang gelendong kekutub sel yang berlawanan. Berarti jumlah
kromosom telah diparuh, dari keadaan diploid (2n) menjadi haploid (n)
Telofase I
: Sekarang berlanjut sitokinesis sehingga sel induk yang mula-mula diploid
telah menjadi dua sel anakan masing-masing haploid.
Meiosis II :
Profase II : benang-benang gelendong terbentuk lagi
Metafase II : Kromosom-kromosom menempatkan diri ditengah sel
Anafase II
:Tiap kromosom membelah, kromatid-kromatid memisahkan diri dan ditarik kekutub
kearah yang berlawanan dan merupakan kromosom.
Telofase II : Berlangsunglah sitokinesis lagi, diikuti
dengan pembentukan membran inti.
MATERI IV
KARYOTIPE KROMOSOM
1.
Tujuan
Praktikum
Percobaan
ini bertujuan untuk:
o
Mahasiswa mampu menyusun karyotipe
kromosom bawang merah dan tembakau.
o
Mahasisiwa mampu menyusun idiogram
bawang merah dan tembakau.
2.
Latar
belakang
Kariotipe
adalah gambar suatu gugus lengkap kromosom yang telah disusun berdasarkan
pasangan homolog dan sejenisnya.Tujuan pembuatan karyotipe adalah
untukmempermudah mempelajari identitas kromosom.Identitas kromosom paling mudah
biasanya pada proses metaphase miotik. Menurut Schulz Schaeffer (1980) karena
pada metaphase miotik kondensasi dan penelitian kromosom maksimal sehingga diperoleh
gambar yang jelas. Dimana kromosom berada pada bidang ekuator, kromosom akan
terlihat menyebar terpisah satu sama lain.
Jumlah kromosom
merupakn ciri morfologi yang biasa digunakan untuk menandai suatu spesies
secara genetic, yaitu nomor kromosom adalah ukuran panjang kromosom, letak
sentromer, adanya penyempitan sekunder atau satelit pada ujung kromosom dan
pita-pita kromatid.
3.
Metode
percobaan
3.1 bahan
dan alat
o
gambar/foto preparat kromosom bawang
merah dan tembakau (pada praktikum ini menggunakan gambar/foto preparat
manusia).
o
Penggaris
o
Kertas millimeter blok.
3.2 prosedur
kerja
3.2.1.
pembuatan karyotipe
a. foto
preparat kromosom diperbesar dengan menggunakan mesin fotocopi untuk memisahkan
antara kromosom dan memudahkan pengukuran lengan-lengan kromosom.
b. Setiap
kromosom diberi nomor berbeda. Kromosom digunting, diukur lengan panjang dan
lengan pendek.
c. Berdasarkan
data ini, hitung panjang total dan rasio antara lengan pendek dengan lengan
panjang. Panjang total kromosom adalah penjumlahan antara lengan panjang dengan
lengan pendek. Rasio adalah pembagian antara lengan pendek dengan lengan
panjang.
d. Buatlah
diagram pancar (scatter plot) dengan menempatkan data rasio lengan panjang
dengan lengan pendek pada sumbu X dan data panjang total kromosom pada sumbu Y.
e. Kromosom
yang letaknya berdekatan, dipasangkan pada diagram pencar tersebut. Pasangan
kromsom diurutkan berdasarkan panjang total kromosom dari yang terbesar sampai
dengan yang terkecil dan rasio panjang lengan sepasang kromosom merupakan nilai
rata-rata dari kedua kromosom.
f. Berdasarkan
rasio panjang lengan maka kromosom dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
o
1.0 < C < 1.7 = kromosom
metasentrik
o
1.7 < C < 3.0 = kromosom
submetasentrik
o
3.0 < C < 7.0 = kromosom
subtelosetrik
o
C > 7.0 = kromosom telosentrik.
3.2.2
pembuatan idiogram
Idiogram dibuat berdasarkan kromosom
dasar (genom dasar).Penyusunan kromosom dilakukan dengan mengurutkan kromosom,
dimulai dari yang memiliki satelit, diikuti dengan kromosom tanpa satelit yang
mempunyai lengan pendek terpendek sampai kromosom yang mempunyai lengan pendek
terpanjang.
4. Hasil
praktikum
Data
kromosom lengan panjang, lengan pendek, rasio, dan total:
No kromosom
|
Lengan panjang
|
Lengan pendek
|
Rasio
|
Total
|
1
|
2.1
|
1.9
|
1.1
|
4
|
2
|
2
|
1.4
|
1.4
|
3.4
|
3
|
1.2
|
0.7
|
1.7
|
1.9
|
4
|
0.8
|
0.6
|
1.3
|
1.4
|
5
|
0.6
|
0.5
|
1.2
|
1.1
|
6
|
4
|
2.8
|
1.4
|
6.8
|
7
|
2.3
|
1.2
|
1.9
|
3.5
|
8
|
3
|
1.3
|
2.3
|
4.3
|
9
|
0.8
|
0.7
|
1.1
|
1.5
|
10
|
1
|
0.7
|
1.4
|
1.7
|
11
|
1.4
|
0.5
|
2.8
|
1.9
|
12
|
2.5
|
2
|
1.2
|
4.5
|
13
|
2.9
|
1.1
|
2.6
|
4
|
14
|
1.1
|
1
|
1.1
|
2.1
|
15
|
3
|
2
|
1.5
|
5
|
16
|
1.6
|
1
|
1.6
|
2.6
|
17
|
2.3
|
1.7
|
1.3
|
4
|
18
|
2.3
|
0.7
|
3.2
|
3
|
19
|
2.2
|
2.1
|
1
|
4.3
|
20
|
2
|
1.7
|
1.1
|
3.7
|
21
|
2.3
|
1.8
|
1.2
|
4.1
|
22
|
1.8
|
1.4
|
1.2
|
3.2
|
23
|
2.7
|
1.4
|
1.9
|
4.1
|
24
|
4.2
|
2
|
2.1
|
6.2
|
25
|
1.5
|
0.7
|
2.1
|
2.2
|
26
|
1.6
|
1
|
1.6
|
2.6
|
27
|
0.8
|
0.7
|
1.1
|
1.5
|
28
|
2.7
|
1.7
|
1.5
|
4.4
|
29
|
3.3
|
3
|
1.1
|
6.3
|
30
|
1.8
|
0.7
|
2.5
|
2.5
|
31
|
2
|
1
|
2
|
3
|
32
|
1.4
|
0.9
|
1.2
|
2.3
|
33
|
2
|
0.7
|
2.8
|
2.7
|
34
|
3.6
|
1.6
|
2.2
|
5.2
|
35
|
1.9
|
0.5
|
3.8
|
2.4
|
36
|
0.9
|
0.8
|
1.1
|
1.7
|
37
|
1.3
|
1.2
|
1
|
2.5
|
38
|
3.4
|
2
|
1.7
|
3.6
|
39
|
2
|
1.5
|
1.3
|
3.5
|
40
|
1.2
|
0.5
|
2.4
|
1.7
|
41
|
2.3
|
2.1
|
1
|
4.4
|
42
|
1.3
|
1
|
1.3
|
2.1
|
43
|
1.4
|
1.3
|
1
|
2.7
|
44
|
2.5
|
2.2
|
1.1
|
4.7
|
Keterangan
:
Rasio
= lengan panjang / lengan pendek
Total
= lengan panjang + lengan pendek
Penggolongan
kromosom berdasarkan rasio:
No kromosom
|
Rasio
|
Golongan / kelompok
kromosom
|
1
|
1.1
|
Metasentrik
|
2
|
1.4
|
Metasentrik
|
3
|
1.7
|
Submetasentrik
|
4
|
1.3
|
Metasentrik
|
5
|
1.2
|
Metasentrik
|
6
|
1.4
|
Metasentrik
|
7
|
1.9
|
Submetasentrik
|
8
|
2.3
|
Submetasentrik
|
9
|
1.1
|
Metasentrik
|
10
|
1.4
|
Metasentrik
|
11
|
2.8
|
Submetasentrik
|
12
|
1.2
|
Metasentrik
|
13
|
2.6
|
Submetasentrik
|
14
|
1.1
|
Metasentrik
|
15
|
1.5
|
Metasentrik
|
16
|
1.6
|
Metasentrik
|
17
|
1.3
|
Metasentrik
|
18
|
3.2
|
subtelosentrik
|
19
|
1
|
Metasentrik
|
20
|
1.1
|
Metasentrik
|
21
|
1.2
|
Metasentrik
|
22
|
1.2
|
Metasentrik
|
23
|
1.9
|
Submetasentrik
|
24
|
2.1
|
Submetasentrik
|
25
|
2.1
|
Submetasentrik
|
26
|
1.6
|
Metasentrik
|
27
|
1.1
|
Metasentrik
|
28
|
1.5
|
Metasentrik
|
29
|
1.1
|
Metasentrik
|
30
|
2.5
|
Submetasentrik
|
31
|
2
|
Submetasentrik
|
32
|
1.2
|
Metasentrik
|
33
|
2.8
|
Submetasentrik
|
34
|
2.2
|
Submetasentrik
|
35
|
3.8
|
Subtelosentrik
|
36
|
1.1
|
Metasentrik
|
37
|
1
|
Metasentrik
|
38
|
1.7
|
Submetasentrik
|
39
|
1.3
|
Metasentrik
|
40
|
2.4
|
Submetasentrik
|
41
|
1
|
Metasentrik
|
42
|
1.3
|
Metasentrik
|
43
|
1
|
Metasentrik
|
44
|
1.1
|
Metasentrik
|
Pertanyaan dan Tugas :
1.apakah yang kamu ketahui dari partikum materi IV ini ?
Yang saya ketahui dari pratikum materi IV ini adalah cara
menyusun karyotipe kromosom, yang dimaksud karyotipe, dan tujuan dari pembuatan
karyotipe ini.
Kesimpulan
:
Tujuan pembuatan karyotipe adalah untuk mempermudah mempelajari
identitas kromosom.
Identitas
kromosom paling mudah biasanya pada proses metaphase miotik. Menurut Schulz
Schaeffer (1980) karena pada metaphase miotik kondensasi dan penelitian
kromosom maksimal sehingga diperoleh gambar yang jelas.
Ciri
morfologi yang biasa digunakan untuk menandai suatu nomor kromosom adalah
ukuran panjang kromosom, letak sentromer, adanya penyempitan sekunder atau
satelit pada ujung kromosom dan pita-pita kromatid.
Berdasarkan
rasio panjang lengan maka kromosom dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
o
1.0 < C < 1.7 = kromosom
metasentrik
o
1.7 < C < 3.0 = kromosom
submetasentrik
o
3.0 < C < 7.0 = kromosom
subtelosetrik
o
C > 7.0 = kromosom telosentrik
MATERI V
PAUTAN GEN DAN PEMETAAN KROMOSOM
1.Tujuan praktikum
a. Menganalisi
apakah dua lokus gen terpaut atau bebas.
b. Menghitung
koefisien rekombinasi dan jarak antar lokus.
c. Membuat
peta kromosom.
2.Latar
belakang
Hukum mendel II
yaitu mengenai hukum perpaduan bebas hanya berlaku jika gen-gen yang terlibat
bebas satu sama lain atau terletak pada kromosom yang berbeda. Hukum perpaduan
bebas tidak selalu berlaku karena dalam satu kromosom terdapat banyak gen yang
saling berikatan satu sama lain sehingga akan mempengaruhi pola segregasinya.
Dua gen yang
letaknya berdekatan cenderung akan bersegregasi secara bersama-sama. Peristiwa
keterkaitan suatu gen dengan gen lainnya disebut Pautan (linkage).
Pindah silang
adalah proses pertukaran potongan-potongan kromosom antara dua kromosom
homolog. Pindah silang menyebabkan diperolehnya kombinasi baru yang tidak ada
sebelumnya. Proses pengaturan kembali susunan gen pada kromosom disebut
Rekombinasi. Pada satu kromosom biasa terjadi lebih dari satu kali pindah silang. Jarak antar gen pada
kromosom dihitung berdasarkan frekuensi rekombinasi atau frekuensi pindah
silang.
Pemetaan gen pada kromosom
Koefisien
rekombinasi merupakan petunjuk jarak antara dua gen. Persentase rekombinasi (r
× 100%) digunakan sebagai satuan jarak antara dua gen. urutan posisi gen pada
kromosom ditentukan berdasarkan besarnya koefisien rekombinasi. Koefisien
terbesar menunjukkan jarak terbesa, tetapi adanya pindah silangapalagi pindah
silang ganda maka dalam analisis sering ditemui jarak terbesar bukan merupakan
penjumlahan dari dua jarak gen yang lebih kecil.Rekombinasi hasil pindah silang
ganda juga dapat digunakan sebagai petunjuk urutan-urutan gen-gen didalam
kromosom.
3.Metode
Percobaan
3.1
Alat dan Bahan
a. Kancing
belang merah kuning, merah hitam, putih kuning dan putih hitam masing-masing
sebanyak 100 buah.
b. Kotak
karton 1 buah.
3.2 Prosedur Kerja
1. Beri
notasi A pada sisi merah sebagai lambang untuk gen warna merah pada bunga dan
notasi a pada sisi putih sebagai lambang
untuk gen warna putih pada bunga.
2. Beri
notasi B pada sisi kuning sebagai lambang untuk gen warna kuning pada biji dan
notasi b pada sisi hitam sebagai lambing untuk gen warna hitam pada biji.
3. Tentukan
kombinasi gamet dengan cara memasukan kancing sebagaimana berikut kedalam
kotak:
o
80 kancing belang merah-kuning (AB) ; tipe tua
o
20 kancing belang putih-hitam : tipe rekombinan
o
20 kancing belang merah-hitam : tipe rekombinan
o
80 kancing belang putih-kuning : tipe tua
4. Macam-macam
gamet tersebut dimasukkan kedalam kotak dan dikocok. Ini menggambarkan gamet
betina.
5. Pungut
satu macam gamet secara acak dari satu kotak yang dimaksud, yaitu dengan
mengawinkan dengan double resesif jantan (aabb) dengan macam gamet ab.
6. Catat
setiap variasi yang terambil yang merupakan keturunan test cross. Ulangi
pengambilan sebanyak 50x masing-masing dengan dua ulangan.
7. Uji
dengan Khi-kuadrat apakah persamaan sesuai dengan perbandingan Morgan :
4:1:1:4.
8. Tentukan
koefisien rekombinasi (r) dan jarak peta kromosom tersebut.
4.Hasil Percobaan
1.Tabel
X2 .
Genotip
keturunan uji silang
|
Pengamatan
|
Harapan
|
X2
= (P-H)2/H
|
AaBb
(tetua)
|
IIIII IIII (9)
|
4/10
x 20 = 8
|
0,125
|
aaBb
(rekombinan)
|
IIIII (5)
|
1/10
x 20 = 2
|
4,5
|
Aabb
(rekombinan)
|
II (2)
|
1/10
x 20 = 2
|
0
|
Aabb
(tetua)
|
IIII (4)
|
4/10
x 20 = 8
|
2
|
Total
|
20
|
|
6,625
|
Keterangan:
Harapan
= perbandingan morgan(4:1:1:4) /jumlah perband. Morgan x jumlah pengamatan
X2hitung = (P-H)²/H
X2(AaBb) = (9-
8)2/8 = (1)2/
8 = 0,125
X2(aaBb) = (5- 2)2/2 = (3)2/ 2 = 4,5
X2(Aabb) = (2 - 2)2/2
= 0
X2(aabb) = (4-
8)2/8 = (-4)2/
8 = 2
X2hitung =
0,125 + 4,5 + 0 + 2 = 6,625
db = derajat bebas
=
kelas – 1
= 4-1
=
3
X2
tabel = 7.81
X2 hitung ≤ X2 db , maka sesuai dengan perbandingan
morgan
X2 hitung ≥ X2db , maka tidak sesuai dengan
perbandingan morgan.
Kesimpulan:
Jadi, x2 hitung <
x2 tabel, maka data tersebut, sesuai dengan perbandingan morgan /
hipotesis diterima ( 6,625<
7,81 ).
2.Koefisien r (rekom) = keturunan rekombinan x 100%
Keturunan tetua + keturunan rekombinan
Koefisien r = (7/
7 + 13) x 100 %
= (7 / 20) x 100%
= 35
%
3.Gambarkan
peta posisi gen A dan gen B pada kromosom
Peta
kromosom
Lokus
A 35% Lokus B
5.Pertanyaan dan Tugas
Tabel
data silang uji
Fenotipe
|
Observed
(O)
|
Expected
(O)
|
X2
= (O-E)2/E
|
Kuning
resisten (YYRR)
|
43
|
30
|
(43
– 30)2/30 = 5.63
|
Hijau
tidak resisten (yyrr)
|
49
|
30
|
(49
– 30)2/30 = 12.03
|
Hijau
resisten (yyRR)
|
16
|
30
|
(16
– 30)2/30 = 6.53
|
Kuning
tidak reisten (YYrr)
|
12
|
31
|
(12
– 30)2/30 = 10.8
|
Total
|
120
|
120
|
34.99
|
1. Lakukanlah
uji X2
Jawaban
:
X2hitung
= (O-E)²/E
X2
hitung = 5,63 + 12,03 + 6,53
+ 10,8 = 34,99
db = derajat bebas
= kelas – 1
=
4-1
= 3
X2
db
= 7.81
Jadi,
x2 hitung > x2 tabel, maka data tersebut, tidak sesuai
dengan perbandingan morgan / hipotesis tidak diterima ( 34,99> 7,81 ).
2. Buatlah
peta gen kromosom
Jawaban
:
1. koefisien r (rekom) = keturunan rekombinan x 100%
Keturunan tetua + keturunan
rekombinan
Koefisien r =
(28 / 120) x 100%
=
23,3 %
Peta
kromosom :
Lokus A 23.33% Lokus
B
Kesimpulan:
Hokum morgan : jarak gen yang
berangkai sebanding dengan nilai pindah silang. Jika nilai pindah silang 1%
maka jarak kedua gen 1 unit. Nilai pindah silang ialah angka persentase
kombinasi baru hasil perilangan. Kombinasi baru ialah semua individu yang
mengandung pasangan gen kombinasi baru, yang berasal dari peristiwa pindah
silang.
X2 hitung ≤ X2 db , maka sesuai dengan perbandingan
morgan
X2 hitung ≥ X2db , maka tidak sesuai dengan
perbandingan morgan.
Koefisien
rekombinasi merupakan petunjuk jarak antara dua gen. persentasi rekombinasi (r
x 100%) digunakan sebagai satuan jarak antara dua gen. Urutan posisi gen pada
kromosom ditentukan berdasarkan besarnya koefisien rekombinasi.
Peta kromosom adalah gambar
skematematis semua kromosom sejenis dari makhluk hidup, dimana diperlihatkan
lokus setiap gen pada kromosom tertentu.
MATERI VI
ALEL GANDA DAN FREKUENSI GEN
1.Tujuan Praktikum
Percobaan
ini bertujuan untuk:
o
Menyebutkan prinsip-prinsip
kesetimbangan Hardy-Weinberg
o
Menggunakan prinsip kesetimbangan Hardy
Weinberg untuk menghitung frekuensi alel dan genotype pengendali golongan darah
system ABO.
2.Latar Belakangan
Lokus
adalah letak gen pada kromosom. Suatu lokus tertentu dalam suatu populasi
terdiri dari dua alel yang disebut dengan alel ganda. System golongan darah ABO pada manusia merupakan contoh dari
alel ganda. Golongan darah system ABO dikendalikan oleh dua alel yang
diwariskan dari kedua orangtuanya.Tetapi dalam populasi keseluruhan terdapat
tiga alel berbeda, yaitu IA, IB, dan I0.Alel IA
dan IB masing-masing mengendalikan pembentukan antigen A dan
antigen B sedangkan alel I tidak membentuk antigen.Antigen atau aglutinogen
adalah glikoprptein yang terdapat pada membrane sel-sel darah merah. Residu
gula pada antigen A adalah asetil galaktosianin sedangkan pada antigen B adalah
galaktosa.
Antibodi
yang terbentuk dalam serum golongan B adalah anti A, anti B pada golongan darah
A, terbentuk keduanya pada golongan darah O, dan tidak terbentuk antibody pada
golongan darah AB. Anti-A akan mengumpulkan antigen B. Oleh karena itu golongan
darah O disebut donor univrsalsedangkan golongan darah AB resiplen universal,
walaupun dalam prakteknya, tranfusi darah model begini sudah ditinggalkan.
Menurt Hardy dan Weinsberg suatu
populasi besar dengan sembarangan frekuensi genotype setelah melalui kawin acak
akan mencapai kesetimbangan. Dalam kesetimbangan frekuensi alel akan
dipertahankan dari satu generasi kegenerasi berikutnya melalui proses kawin
acak, berlaku dalam masyarakat panmixis. Hal ini dikenal dengan hokum
kesetimbangan hardy-weinsberg.
Kesetimbangan dapat berubah jika terjadi
perubahan suatu gen didalm masyarakat yang diakibatkan oleh peristiwa seleksi,
migrasi, mutasi, ketidaknormalan proses meiosis, danerosi genetic secara acak.
3.Metode Percobaan
1. Catat golongan darah dan teman-teman
kelompok anda, kemudian kelompokan golongan darahnya.
Golongan
darah kelompok 3:
No
|
Nama
anggota kel.
|
Gol.
Darah
|
|
1
|
Dina Marfiana
|
B
|
|
2
|
Eka Syaputra
|
O
|
|
3
|
M. Imam
|
A
|
|
4
|
Juraidah
|
B
|
|
5
|
Karunia Merza
|
B
|
|
6
|
Rizka Alfiani Khusna
|
B
|
|
7
|
Yunalpi
|
B
|
|
2.
Isilah tabel klasifikasi dan distribusi golongan darah kelompok anda berikut
ini (Tabel 3.1)
Tabel
3.1.klasifikasi dan distribusi golongan darah praktikan genetika 2008
Golongan
darah
|
Jumlah
praktikan
|
Frekuensi
(%)
|
Frekuensi
Mahasiswa Prodi Peternakan UIN Suska Riau (%)
|
A
|
II
|
28,6 %
|
24.1
|
B
|
IIII
|
57.1 %
|
28.5
|
AB
|
0
|
0 %
|
7.9
|
O
|
I
|
14,3 %
|
39.5
|
Jumlah
|
8
|
100
%
|
100
|
Keterangan :
Frekuensi = juml. Praktikan gol.darah A atau B x 100%
Jumlah praktikan
Frekuensi
gol.darah A= 2/7 x 100% = 28,6%
Frekuensi gol.darah B= 4/7 x 100% = 57,1%
Frekuensi gol.darah AB = 0/7x
100% = 0%
Frekuensi
gol.darah O = 1/7 x 100% = 14,3%
A
= IAIA, IAIO = IAIO
=>2
B
= IBIB , IBIO = IBIO
=>4
AB
= IAIB =>0
O
= IOIO = IO =>1
(IA
= 2
, IB = 4,
IO = 1)
= 7
Frekuensi
: IA = 2/14 x 100 % = 14,3 %
IB = 4/14 x 100 % = 28,6 %
IO = 1/14 x 100 % = 7,14 %
Q2 = (O-H)2/ H
Keterangan
: O = Frekuensi (f)
H = Frekuensi Prodi peternkan
4.Pertanyaaan/tugas
1. Bandingakan
frekuensi alel galongan darah dilokal anda dengan frekuensi alel golongan darah
mahasiswa Fakultas Peternakan UIN SUSKA Riau 2008. Gunakan uji Khi-kuadrat dan
kemukakan beberapa kemungkinan penyebab hasil yang anda peroleh ?
Jawaban :
Perbandingan frekuensi
alel golongan darah dilokal dengan frekuensi alel golongan darah mahasiswa
Fakultas Peternakan UIN SUSKA Riau 2008.
Golongan darah
|
Frekuensi (%)
(O)
|
Frekuensi Mahasiswa
Peternakan (H)
|
Q2
= (O – H)2 /H
|
A
|
28,6 %
|
24.1
|
0,84
|
B
|
57,1 %
|
28.5
|
28,70
|
AB
|
0 %
|
7.9
|
79
|
O
|
14,3 %
|
39.5
|
16,07
|
Total
|
X2
= 124,61
|
Rumus Qhi-kuadrat :Q2 =
(O-H)2/ H
Keterangan
: O = Frekuensi (f)
H = Frekuensi Prodi peternkan
X2(A) = (28,6
– 24,1)2/ 24,1 = (4,5)2/
24,1 = 0,84
X2(B) = (57,1 – 28,5)2/ 28,5 = (28,6)2/ 28,5 = 28,70
X2(AB) = (0 – 7,9)2/ 7,9 = (-7,9)2/ 7,9 = 79
X2(O) = (14,3
– 39,5)2/8 = (-25,2)2/
39,5 = 16,07
X2hitung =
0,84 + 28,70 + 79 + 16,07 = 124,61
db = derajat bebas
=
kelas – 1
= 4-1
=
3
X2
tabel = 7.81
Jadi, X2 hit > X2tabel
,maka hipotesis tidak diterima.
2. Apa
antigen dan antibody dalam darah anda?
Saya
memiliki (rizka alfiani khusna) golongan darah B, maka di dalam darah saya akan
terdapat Antigen A dan Antibodi (Ank) B
3. Bagaimana
kemungkinan genotipenya dengan melihat fenotipe golongan darah orang tua serta
saudara-saudara anda (bikin dalam suatu prediksi atau bagan) ?
Ayah bergolongan darah B
Ibu bergolongan darah O
P
: Ayah
AB+ x Ibu O
Gamet : IAIB x IOIO
F1:
Ibu/ayah
|
IA
|
IB
|
IO
|
IAIO
|
IBIO
|
IO
|
IAIO
|
IBIO
|
(A
= 2, B = 2, = 2+2= 4
Frekuensi
IAIO (A)= ¼ x 100% = 50%
Frekuensi
IBIO (B)=2/4 x 100% = 50%
Jadi
kemungkinan genotipenya adalah : IAIO; IBIO.
Dan
fenotipenya adalah A,B
4. Bila
nanti anda insya Allah menikah dengan istri atau suami yang bergolongan darah
AB bagaimana kemungkinan golongan darah anak anda?
Insya Allah Suami bergolongan darah
AB
Istri bergolongan darah B
P : AB x B
Gamet : IAIB x IBIO
F1:
Saya/suami
|
IB
|
IO
|
IA
|
IAIB
|
IAIO
|
IB
|
IBIB
|
IBIO
|
|
|
|
(A
= 1, B = 2, AB = 1, O = 0) = 1+2+1 = 4
Frekuensi
(A)= ¼ x 100% = 25%
Frekuensi
(AB)= ¼ x 100% = 25%
Frekuensi
(B)= 2/4 x 100% = 50%
Jadi
kemungkinan genotipenya adalah : IAIB,IAIO,IBIB,IBIO
Dan
fenotipenya adalah AB,A,B,B
5. Apa
aplikasi golongan darah system ABO ini?
Untuk Transfusi darah, pada saat akan melakukan
transfusi darah kita harus mengetahui terlebih dahulu golongan darah pendonor
dan yang membutuhkan transfusi darah. System ABO adalah cara untuk mengetahui
golongan darah tersebut.
Kesimpulan
:
Hukm Hardy-Weinberg merumuskan
perimbangan alel pada masyarakat yang panmixis.Persentase masing-masing alel
tetap dimasyarakat, dan jumlah persentasenya selalu 100%.
Hokum Hardy-Weinberg: (pA + qa)2
Yang dibaca : dalam masyarakat
panmixis kalau frekuensi alel A p dan frekuensi alal a q, maka frekuensi
individu dari pasangan kedua alel itu berupa persamaan kwadrat.
Hokum ini hanya berlaku jika tidak
terjadi perubahan frekuensi dimasyarakat. Perubahan frekuensi gen itu terjadi
disebabkan oleh :
1. Seleksi
2. Mutasi
3. Genetic
drift
4. Migrasi
DAFTAR PUSTAKA
Compbel,neil A. 2000. Biologi.
Erlangga. Jakarta.
Crowder, L.V. Genetika
Tumbuhan. Gadjah Mada University Perss. 1997.
D.
Stansfield William. 1991. “Genetika Edisi
Ke-Dua”. Erlangga, Jakarta.
Emery. E. H. 1989. Dasar-Dasar
Genetika Kedokteran. Yayasan Essensial Medica : Yogyakarta
Pai, Anna C. 1992. Dasar-Dasar
Genetika Edisi Kedua. Bandung : Erlangga.
Supena, E. D. J.,M. Yusuf, dan
U. Widyastuti. 1998. Pedoman Pratikum Genetika Dasar.
Fakultas Matematika dan Ilm
Pengetahuan Alam. IPB. Bogor.
Tim Genetika dan Pemuliaan
Tanaman. 2000. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Jurusan
Budidaya Pertanian . Fapertspet.
UNAND. Padang.
Yatim, Wildan. 1996. “Genetika”. Penerbit Tarsito, Bandung.
Zulfahmi, Rosmaina.2012.“Penuntun Praktikum Genetika”.Pekanbaru.